
Didampingi oleh Danrem 084/BJ, Brigjen TNI Danny Alkadrie, Pangdam memilih untuk tidak hanya berhadapan dengan massa, melainkan duduk bersila bersama mereka, menghilangkan sekat antara pemimpin militer dan rakyat.
Momen yang jarang terlihat ini sontak mencuri perhatian ribuan pasang mata. Ekspresi tegang para demonstran perlahan mencair saat melihat pimpinan tertinggi TNI Angkatan Darat di Jawa Timur tersebut berbaur tanpa jarak. Sikap rendah hati Pangdam disambut hangat oleh peserta aksi yang datang dari beragam elemen masyarakat.
Aksi yang awalnya dipenuhi orasi lantang dan spanduk tuntutan berubah menjadi ruang dialog terbuka. Pangdam Rudi Saladin memanfaatkan momentum ini untuk mengajak massa berbicara dari hati ke hati.
"Kita sama-sama mencari jalan keluar terbaik. Tidak perlu ada yang merasa jauh, mari kita duduk dan diskusi," ucapnya dengan nada tenang, yang langsung mengundang perhatian peserta aksi.
"Ow gurung mangan ta rek, wah pelanggaran arek-arek iki," ujarnya sambil tersenyum. Candaan spontan ini disambut tawa dan guyonan balasan, "Padang, padang (nasi padang)."
Gelak tawa yang mengiringi dialog sederhana ini memberikan pesan kuat bahwa komunikasi dapat membangun kedekatan, bahkan di tengah perbedaan pandangan. Brigjen TNI Danny Alkadrie, yang mendampingi Pangdam, turut memastikan situasi tetap terkendali dengan komunikasi persuasif, sehingga aksi berjalan aman tanpa insiden berarti.
Kehadiran Pangdam di tengah massa aksi bukan hanya simbol kedekatan, tetapi juga strategi cerdas untuk meredam ketegangan dengan pendekatan humanis. Tindakan ini membuktikan bahwa kehadiran aparat negara tidak selalu identik dengan jarak atau kekuasaan, melainkan bisa hadir sebagai mitra dialog rakyat.
Banyak pihak mengapresiasi sikap Pangdam V/Brawijaya dan Danrem 084/BJ ini sebagai cerminan semangat merangkul masyarakat. Mereka menunjukkan bahwa di tengah dinamika sosial dan politik, solusi persuasif dan damai merupakan pilihan terbaik untuk menjaga keutuhan dan stabilitas di Jawa Timur.