Kaghati Kolope: Jejak Layang-Layang Purba dari Muna, Warisan Leluhur yang Mendunia

Kaghati Kolope: Jejak Layang-Layang Purba dari Muna, Warisan Leluhur yang Mendunia

 

Oleh: Farli, SH

Di perbukitan karst Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, tersimpan jejak peradaban yang tak ternilai: lukisan layang-layang purba di Gua Liang Kabori. Artefak budaya yang dikenal sebagai Kaghati Kolope ini diyakini telah ada sejak ribuan tahun lalu, menjadikannya salah satu simbol warisan budaya tertua di dunia.


Sejumlah penelitian menyebut, usia lukisan tersebut berkisar antara 5.000 hingga 9.000 tahun sebelum Masehi. Artinya, jauh sebelum bangsa-bangsa besar mengenal permainan layang-layang, masyarakat Muna sudah lebih dahulu menciptakan dan menerbangkannya.


Tradisi dan Imajinasi Leluhur

Kaghati Kolope dibuat dari daun kolope (umbut talas hutan), batang bambu, serta serat kulit nanas hutan sebagai tali. Awalnya, layang-layang ini diterbangkan petani saat menjaga sawah sebagai pengusir rasa bosan. Namun bagi masyarakat Muna, ia bukan sekadar hiburan, melainkan simbol spiritual yang dipercaya menjadi payung pelindung bagi roh leluhur di alam baka.


Legenda masyarakat Muna bahkan menuturkan kisah La Pasinda, tokoh yang menciptakan Kaghati Kolope setelah mendapat ilham lewat mimpi. Cerita ini memberi makna mistis dan kedalaman filosofis bagi tradisi layang-layang purba tersebut.


Festival Kaghati Kolope dan Desa Wisata Liangkobori

Kini, Kaghati Kolope tidak hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga daya tarik wisata. Festival Kaghati Kolope yang kembali digelar pada Juli 2025 di Desa Wisata Liangkobori, Kecamatan Lohia, menjadi momentum penting bagi pelestarian budaya.


Desa Wisata Liangkobori sendiri telah berkembang menjadi destinasi unggulan. Selain menawarkan panorama karst yang eksotis dan lukisan gua purbakala, desa ini juga menyajikan atraksi budaya, homestay, hingga kios suvenir khas. Pengunjung dapat menyaksikan langsung masyarakat setempat menerbangkan layang-layang kolope, sekaligus belajar tentang sejarah panjangnya.


Potensi Ekonomi dan Identitas Budaya

Keberadaan Kaghati Kolope membuka peluang besar bagi pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya. Produk suvenir, kerajinan tangan bermotif layang-layang, hingga paket wisata edukasi bisa menjadi sumber penghasilan baru bagi warga.


Lebih dari itu, Kaghati Kolope adalah identitas budaya Muna yang membanggakan. Jika dikelola dengan baik, warisan ini berpotensi mendunia sebagai ikon wisata budaya Sulawesi Tenggara, sejajar dengan destinasi warisan budaya lain di Indonesia.


Menjaga Warisan, Merajut Masa Depan

Melestarikan Kaghati Kolope bukan hanya soal menjaga tradisi masa lalu, tetapi juga merajut masa depan. Ia adalah jembatan antara sejarah, budaya, dan ekonomi. Warisan ini membuktikan bahwa leluhur Muna memiliki imajinasi dan kreativitas tinggi, jauh sebelum modernitas datang.


Generasi muda Muna kini ditantang untuk tidak sekadar bangga, tetapi juga mampu menjaga, mengembangkan, dan mempromosikan Kaghati Kolope ke dunia internasional. Karena pada akhirnya, menjaga Kaghati Kolope berarti menjaga jati diri bangsa.


Kepala Desa Liangkabori, 

20 Agustus 2025

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال