Opini oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes *)
Melihat judul diatas, perlu ditegaskan kata "Wagu" (dalam bahasa Jawa) artinya adalah tidak pantas alias tidak patut, bukan wagyu jenis daging lezat dari Jepang. Juga pembaca bisa langsung berpendapat bahwa memang sedang ada sesuatu (kemelut) yang terjadi di Kampus Biru alias UGM / Universitas Gadjah Mada. Asumsi tersebut tidak bisa disalahkan, karena memang kata Kampus Biru tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan kampus ternama yang terletak di kawasan Bulaksumur Jogja ini. Kampus yang dulunya dikenal sebagai "Kampus Rakyat" alias "Kampus nDeso" karena kesederhanaan Civitas Akademikanya, sesuai dengan kultur asal muasalnya dari Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat yang dikenal njawani dan andhap asor.
Judul tulisan ini memang terinspirasi dari sebuah tema acara "Kampus Biru Menolak Ayah" yang awalnya direncanakan sebagai penghormatan atas pengabdian bertahun-tahun Dosen senior Fisipol UGM, Ashadi Siregar (bang Adi) yang tanggal 3 Juli 2025 lalu genap berusia 80 (delapan puluh) tahun. Sebuah usia yang sangat panjang dan patut disyukuri mengingat rata-rata usia sekarang hanya mencapai 60-70an saja. Sebagaimana diketahui bang Adi lulus UGM tahun 1970 dan langsung mengajar di almamaternya ini sampai purna tugas tanggal 3 Juli 2010 dengan acara launching buku "Ashadi Siregar, Penjaga Akal Sehat dari Kampus Biru".
Namun bagi penulis Novel legendaris "Cintaku di kampus biru" yang release tahun 1974 dan bahkan sudah difilmkan dengan bintangnya Roy Marten, Rae Sita Supit dsb, Penulis Novel dan film yang sudah mengharumkan nama UGM tersebut telah diperlakukan secara tidak patut (bahkan bisa disebut "dihina", meski tidak perlu lebay menggunakan diksi "dihina-hinakan" seperti si ono) karena acara peringatan Milad beliau ke-80 yang semula direncanakan di Balairung UGM ditolak mentah-mentah oleh Pimpinan kampus karena katrok alias gagal faham memaknai Tema acaranya yang sebenarnya hanya merupakan gabungan dari 2 judul novel karya Bang Adi tersebut.
"Perlakuan" (bisa disebut juga "kelakuan") Pimpinan UGM sekarang ini rupanya juga dialami oleh Panitia Konferensi Pers Tokoh Nasional Hadiah Kemerdekaan RI ke-80' yang memang didalamnya berisi Soft-Launching Buku "Jokowi’s White Paper" di UC / University Club, Senin 18 Agustus 2025 pukul 14.00-16.00 yang meskipun coba diganggu dengan sabotase Pemadaman Listrik dan AC tepat disaat Pembacaan Doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT, namun Acara tetap berlangsung sukses hingga selesai dan bahkan menjadi vital karena (kebodohan) ulah intimidatif yang gagal itu. Soft-Launching buku setebal 700 (tujuh ratus) halaman karya RRT / Roy-Rismon-Tifa malah Viral dan bak mendapat "Promosi Gratis" dari UGM.
Segenap Tokoh Nasional tetap hadir membersamai dan bahkan memberikan sambutan positif di acara tersebut, mulai dari Jendral TNI (Purn) Tyasno Sudarto, Refly Harun, Said Didu, Dr Muh Taufik, Agus Yunanto FDI dsb, bahkan ada juga "penyusup" yang memaksa hadir meski tak diundang, bahkan sempat minta waktu bicara ditengah acara, namun mereka tidak mampu melakukan apa-apa setelah panitia menolak memberi panggung mereka yang mau sekedar numpang PanSos saja. Panitia bahkan sempat menggeser (baca: mengusir) seorang yang sering disebut sebagai "Pakar Abal-abal berinitial JS" dimana seenaknya dia langsung duduk dikursi barisan terdepan yang jelas mengganggu Lensa Kamerawan yang sudah sedari awal menempati posisi tersebut, sungguh tidak sopan si Pakar Abal-abal itu alias kampungan sikapnya, Terwelu.
Namun yang sekarang viral disebut Wagu (sekaligus Terwelu) adalah 2 (dua) Tayangan YouTube terbaru dan disebut produksi resmi dari Kampus Biru yang dulu sangat merakyat dan bonafide, dimana masing-masing berjudul "Pernyataan Rektor UGM terkait Ijazah Joko Widodo" yang bisa diakses melalui link YouTube youtu.be/RDwSqzthBAY berdurasi 3-menit 40-detik dan Sebuah tayangan yang maksudnya mau bergaya Talkshow PodCast namun sangat katrok berjudul "UGM menjawab Ijazah Joko Widodo" di link YouTube youtu.be/8H-uNHKL4 berdurasi dengan durasi total 33-menit 41-detik. Ironisnya, meski dibuat oleh Institusi resmi bernama UGM, namun Mostly (untuk sopan tidak mengatakannya sebagai "semua") komentar dibawanya sangat menyayangkan kualitas konten tayangan tersebut, bahkan tidak sedikit yang mencela sampai mencaci maki pembuatnya.
Sebagai Lulusan ASLI S-1 dan S-2 dari UGM, alias tidak hanys sekedar "Alumni" , karena definisi "Alumni" dalam Pasal 9 AD-ART Kagama (Keluarga Alumni Gadjah Mada) sudah diubah semenjak tahun 2014-2015 menjadi cukup sekedar pernah terdaftar / masuk UGM, tanpa perlu harus Lulus, definisi yang cukup aneh bila dilihat tahun berapa perubahan AD-ART tersebut untuk mengikuti seseorang yang (mungkin) tidak lulus UGM namun ingin juga disebut sebagai "Alumni" dalam AD-ART Kagama yang sudah diubah tersebut. Jadi sekalilagi selaku Lulusan asli UGM dalam dua strata pendidikan didalamnya, bukan sekedar "menaikkan kelas" ambil S2 di UGM dari aaal S1 kampus lainnya, saya sangat concern dengan penayangan dua Video dalam YouTube diatas.
Terlebih bila dicermati, satu-satunya nama yang disebut selain "Joko Widodo" dalam rekaman tersebut adalah saya, tepatnya di Video "UGM Menjawab" yang dipandu Saudara Andi di menit ke-31 detik ke-7. Penyebutan nama saya ini boleh dibilang bahwa saya-lah tujuan utama atau tujuan Video tersebut dibuat, yang menampilkan Rektor UGM Prof dr Ova Emilia M.Med.Ed Sp.OG(K) Ph.D., Wakil Rektor 1 bidang Pendidikan & Pengajaran Prof. Dr. Wening Udasmoro, serta Dekan Fak Kehutanan, Dr Sigit Sunarta. Namun sebagaimana banyak disebut oleh masyarakat Tayangan dua Video UGM ini Useless, karena selain Sangat terlambat kemunculannya, juga Hanya Naratif tanpa satupun menampilkan Bukti Visual dan Tidak memiliki Arti Hukum samasekali karena kualitas konten hanya omon-omon saja, sangat tidak berkelas untuk kampus senior seperti UGM.
Tidak ada satupun Bukti Visual yang ditampilkan ini justru makin menunjukkan bahwa UGM samasekali tidak memahami arti UU No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dimana didalamnya sudah dijelaskan secara detail mana data yang bersifat Publik dan harus dibuka ke masyarakat bila sudah dipergunakan untuk kepentingan jabatan publik (Pasal 18 ayat 2) seperti Ijazah dan Skripsi, dan mana data yang tetap bersifat Privat. Justru tayangan Youtube Wartawan Kompas.com Fabian Januarius Kuadro yang mewawancarai Dekan FKT UGM tanggal 24 Oktober 2022 dalam Link YouTube youtu.be/RX-dELto0vs dan menunjukkan Fotocopy Ijazah JkW dan Alm Hari Mulyono itulah yang benar. Terlebih pada tayangan 3.41" Rektor sendiri terutama di menit ke-3 lebih 55-detik sangat dikesankan UGM mau lari dari tanggung jawab dengan narasi "... Hal-hal yg terjadi setelah proses pendidikan dan kelulusan tahun 1985 di UGM termasuk pemanfaatan dan perlindungan terhadap ijazah merupakan tanggung jawab yang bersangkutan sebagai seorang Alumni ..."
Kesimpulannya, Dua Tayangan selama hampir empat menit dan setengah jam lebih itu benar-benar malah menjatuhkan citra UGM sedalam-dalamnya atau sehina-hinanya, seperti tidak memiliki konsultan komunikasi dalam mrmbuat pernyataan ke publik samasekali atau kalau menurut Wartawan Senior pendiri AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Lukas Suwarso dalam YouTube Abraham Samad Speak-Up di link youtu.be/Kj7Yy9l9C94 disebutnya "hanya sekelas humas kecamatan alias kampung saja". At last but not least, ini semua bak novel Ashadi Siregar dalam judul diatas: "Sirkuit Kemelut, Kampus Biru (Takut) Menolak Ayah", Pertanyannya Siapa sebenarnya "Ayah" yang ditakuti UGM ini? "Ayah" yang Ijazahnya Palsu atau malah Jati dirinya yang palsu?
*) - Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen - Jogja, Minggu 24 Agustus 2025