Konferensi Tahunan Umat Kristen Methodist di Kota New York- (bag-2).

Konferensi Tahunan Umat Kristen Methodist di Kota New York- (bag-2).

 


Oleh Imam Shamsi Ali

Pertanyaan utama yang dilontarkan kepada saya pada sesi Al-Masih dalam perpective Islam adalah bagaimana Islam memposisikan Yesus AS, apa persaman-persamaan (similaritas) dan kedekatan antara ajaran Islam dan Kristiani, serta apa perbedaan-perbedaan (disparitas) antara Islam dan Kristen dalam memahami Yesus. Saya diingatkan oleh Pastor David jika dalam merespon saya tidak ragu terbuka dan jujur karena Komunitasnya cukup dewasa dan siap menerima perbedaan. 


Karenanya setelah saya memasarkan posisi Yesus dalam ajaran Islam, saya kemudian menyampaikan beberapa hal mendasar yang membedakan Islam dan Kristen dalam memahami Yesus AS. Namun sebelum saya merincikan semuanya saya menegaskan bahwa Islam mengakui dan selalu mengedepankan persamaan dan kerjasama. Minimal pada akhirnya dalam menyikapi hal-hal prinsip yang berbeda Islam mengajarkan pentingnya saling menghormati tanpa intervensi. Itulah makna ayat: “bagi kamau agamamu. Bagi aku agamaku”. 


Hal-hal yang membedakan antara antara Islam dan Kristen dalam memahami Yesus ini bersifat mendasar (prinsip) dan karenanya tidak mungkin dikompromikan. Toleransi agama bukan dengan mengkompromi prinsip-prinsip akidah. Karena kompromi akidah merupkan pelanggaran akidah itu sendiri. Karenanya saya menekankan agar masing-masing berpegang teguh pada keyakinannya seraya menghormati prinsip keyakinan orang lain. 


Di antara hal-hal yang berbeda antara Islam dan Kristen tentang Nabi Isa AS, antara lain, sebagai berikut:


Satu, Islam menolak divinitas (ketuhanan) Yesus AS yang menjadi prinsip utama keyakinan umat Kristiani. Selain memang karena tertolak dalam pemahaman yang murni monoteisme (Tauhid) Islam. Juga karena konsep dasar ketuhanan Yesus dalam Kristen, dosa asal yang menjadi premis dasar ketuhanan Yesus, tertolak dalam pandangan Islam.


Dua, Islam menolak konsep dosa asal (original sin). Kristiani meyakini bahwa manusia tanpa kecuali terlahir dalam keadaan berdosa karena kesalahan bapaknya, Adam AS yang memakan buah terlarang itu. Islam menolak konsep ini. Bukan saja karena Al-Quran menyampaikan pertobatan Adam dan Allah telah mengampuninya. Tapi juga karena  konsep ini bertentangan dengan teori keadilan universal.


Tiga, karena Islam dari awal menolak divinitas (Ketuhanan) Yesus dan dosa asal (original sin) maka sendirinya konsep penyaliban (crucifixion) Yesus juga tertolak. Dalam Kristen penyaliban ini diyakini sebagai jalan keselamatan (dari dosa asal) untuk masuk syurga. Tanpa meyakini penyaliban Yesus sebagai anak tuhan manusia tak akan selamat. Islam menolak ini dengan tegas: “dan mereka tidak menyalibnya dan tidak juga membunuhnya. Tapi dia diserupai oleh seseorang”. 


Empat, Islam mengajarkan bahwa keselamatan (salvation) terletak pada tanggung jawab dalam mengikuti hidayah (ajaran) yang dibawa oleh para nabi dan Rasul dari Tuhan. Sebaliknya Kristiani meyakini keselamatan itu dengan meyakini penyaliban Yesus sebagai anak tunggal tuhan. Islam dengan tegas menolak konsep ini. Dalam Islam “seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain”. Dalam Islam “setiap orang akan bertanggung jawab atas dirinya”. 


Persamaan-persamaan Islam dan Kristiani 


Walaupun Islam dan Kristiani memiliki perbedaan-perbedaan yang mendasar (prinsip) keduanya juga memiliki banyak persamaan-persamaan. Tanpa ada tendensi menyatukan keduanya, karena dua agama tidak mungkin disatukan (unified), kedua komunitas ini bisa saja mendekatkan diri pada hal-hal yang bisa menjembatani keduanya.


Di antara hal-hal yang bisa dijadikan  sebagai “common ground” (pijakan bersama) dalam membangun jembatan dan saling memahami, menghormati dan kerjasama, antara lain sebagai berikut: 


Satu, sama-sama mengimani dan mencintai Yesus walau dengan pemahaman yang secara mendasar sangat berbeda. Keimanan  dan kecintaan kepada “sosok“ (figur) Yesus ini bisa dijadikan jembatan untuk mendekatkan dua Komunitas dalam menghadapi tantangan dan bahkan musuh bersama (common enemy). Satu di antara musuh bersama itu adalah sekularisme yang terus menampilkan agama dengan wajah yang buruk.


Dua, Kristiani mengajarkan cinta (love) dan Islam mengajarkan kasih sayang (mercy). Keduanya mirip dan saling terkait. Cinta adalah dasar kasih sayang. Tapi “rahmah” adalah bentuk cinta yang tertinggi. Mencintai  tanpa pamrih dan balas kasih. Dan itulah representasi kepribadian Muhammad SAW: “dan tidaklah kami mengutusmu kecuali sebagai rahmah bagi alam semesta”. 


Tiga, baik Islam dan Kristiani mengajarkan “perdamaian” (peace). Walaupun keduanya berbeda dalam menyikapi peace itu. Kristiani mengajarkan: “jika kamu ditempeleng di pipì kanan berikan pipi kirimu”. Islam mengajarkan bahwa Perdamaian harus juga memperhatikan aspek keadilan. Karenanya Islam mengedepankan keadilan tanpa merendahkan pentingnya menegakkan keadilan. 


Empat, Islam dan Kristiani sama-sama meyakini kedatangan kembali Yesus di akhir zaman. Hanya saja Islam menekankan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk memimpin umat manusia kembali ke jalan Tauhid yang berdasar kepada “laa ilaaha illa Allah”. 


Lima, Islam dan Kristiani meyakini pembalasan di hari akhirat kelak. Hanya keduanya berbeda dalam memahami proses menuju kepada pembalasan itu. Keduanya yakin dengan pentingnya “salvation” (keselamatan) dan syurga. Tapi berbeda dalam memandang jalan keselamatan itu (seperti yang disampaikan di atas). 


Demikian beberapa hal yang sama (similar) dan berbeda (disparitas) di ajaran Islam dan Kristiani. Keduanya memang banyak memiliki persamaan karena Islam memang meyakini jika ajaran Kristiani yang asli juga datang dari Tuhan melalui nabiNya, Yesus AS. Namun Islam juga jujur dalam menyampaikan fakta jika keaslian ajaran Isa AS telah banyak didistorsi sepanjang perjalanan panjang Kristiani. 


Saya tidak ragu menyampaikan pandangan Islam secara jujur dan apa adanya. Mengakui persamaan-persamaan. Tapi juga mengekspos perbedaan-perbedaan yang mendasar di kedua agama. Dan peserta Konferensi yang hadir tersenyum dan memberikan aplaus yang tinggi ketika saya sampaikan persamaan-persamaan itu. Namun wajah mereka berubah dan diam seribu bahasa ketika saya secara terbuka menyampaikan perbedaan-perbedaan yang ada. 


Yang pasti di ujung acara itu mereka senang, minimal mendapat Kehormatan konferensi tahunan mereka dihadiri oleh seorang Muslim dan Imam. Bagi mereka kehadiran saya itu sesuatu yang luar biasa dan perlu diapresiasi dan dihormati. Saya pun dihadiahi sebuah Kitab Bible, dengan nama saya “Imam Shamsi Ali” tertuliskan di bagian depannya.


Menerima hadiah itu saya pun bercanda: “lemari saya penuh Kitab Bible dengan ragam versi. Saya berharap suatu ketika saya mendapatkan Bible versi Yesus Christ”. Mendengar itu mereka hanya tertawa kecut?


Jamaica Hills, 8 Juni 2025 

Direktur Jamaica Muslim Center / President Nusantara Foundation

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال