SIDOARJO || Kasuaritv.com - Menjelang musim penghujan yang diprediksi tiba di Jawa Timur pada November, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo tancap gas mengantisipasi potensi banjir. Fokus utama adalah percepatan normalisasi sungai dan penyiagaan infrastruktur pendukung, termasuk puluhan unit pompa air.
Saat ini, Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo tengah memfokuskan pengerjaan normalisasi pada Afvoer Kedung Peluk, Candi, yang memiliki panjang total 3 kilometer. Dari target tersebut, 600 meter telah rampung dikerjakan. Pengerjaan ini diharapkan bisa selesai seluruhnya sebelum hujan deras turun.
"Semoga nanti dalam waktu satu bulan ke depan, untuk saluran Tekukpenjalin di Afvoer Kedungpeluk ini ternormalisasi dengan baik," tegas Kepala Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo, Eko Dwi Saptono, saat meninjau lokasi pengerjaan pada Minggu (19/10).
Dwi menjelaskan bahwa prioritas normalisasi saat ini diarahkan ke wilayah Timur Sidoarjo, dengan total empat titik sungai menuju hilir. Upaya ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi dampak genangan yang kerap melanda kawasan tersebut.
"Harapan kami dengan normalisasi ini genangan-genangan air bisa dikurangi bahkan kalau bisa sudah tidak ada genangan lagi," ujarnya.
Tak hanya Pemkab Sidoarjo, penanganan sungai juga akan melibatkan pihak lain. Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana menormalisasi sungai sepanjang kurang lebih 7 kilometer, sementara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas akan menangani 6 kilometer di wilayah Selatan Sidoarjo, dan juga berencana melakukan normalisasi di wilayah Utara Sidoarjo, tepatnya di Kecamatan Waru.
"Kami fokus di hilir semua, dan nanti di hilirnya sungai Mbah Gepuk mulai jembatan Kedungpeluk sampai ke wilayah pantai yang kurang lebih 7 kilometer itu nanti akan dinormalisasi Provinsi Jawa Timur," tambah Dwi.
Selain pengerukan sungai, Pemkab Sidoarjo juga telah mempersiapkan infrastruktur penanggulangan banjir lainnya. Sebanyak 34 unit pompa air atau rumah pompa telah disiagakan dan dipastikan siap beroperasi penuh jika terjadi genangan.
"Pompa kami jumlahnya 34 unit atau 34 rumah pompa, semuanya sudah ready difungsikan jika terjadi genangan," kata Dwi. Salah satu penempatan strategis pompa-pompa ini adalah di empat desa di Tanggulangin yang diketahui mengalami penurunan tanah (land subsidence).
Ia menyebutkan bahwa Sungai Kedungpeluk yang berada persis di samping perumahannya kerap meluber saat hujan deras, mengakibatkan genangan air di beberapa wilayah perumahan hingga setinggi 40 cm.
"Bagus ada pengerukan sungai menghadapi musim penghujan," ucapnya.
Warga tersebut menjelaskan bahwa Afvoer Kedungpeluk merupakan titik kumpul aliran air dari berbagai arah, yang sering membawa material dan tumbuhan liar seperti eceng gondok. Akibat sumbatan ini, genangan air di wilayahnya bahkan bisa bertahan hingga satu minggu lamanya.
"Ini kan (Afvoer Kedungpeluk) pembuangan air dari atas, jadi di sini banjirnya paling awal, surutnya paling belakangan," keluhnya.
Oleh karena itu, harapan warga setelah normalisasi adalah "Kalau memang banjir masih ada, cepatlah surutlah jadi tidak mengganggu warga beraktivitas." tutupnya.(*)

