PSU Pesawaran Usai, Nanda–Anton Unggul: Saatnya Kembali Mengukir Kertas Kosong Demokrasi

PSU Pesawaran Usai, Nanda–Anton Unggul: Saatnya Kembali Mengukir Kertas Kosong Demokrasi


Pesawaran (KASTV)- Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kabupaten Pesawaran akhirnya selesai digelar. Hasil hitung cepat menunjukkan pasangan Nanda Indira Dendi dan Anton kembali unggul atas lawan politiknya. Proses yang sempat memanas dan menyita perhatian publik kini memasuki babak baru. Namun kemenangan ini bukan akhir cerita, melainkan awal dari lembaran kosong yang menunggu untuk diisi oleh harapan rakyat.

“Saatnya kita kembali mengukir kertas kosong,” ujar Iyan Koboy, jurnalis senior sekaligus pengamat media asal Lampung. Baginya, demokrasi bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi apa yang dilakukan setelah kemenangan itu diraih.

Nanda–Anton mungkin menang di atas kertas suara, tetapi ujian sebenarnya baru dimulai. Iyan Koboy menegaskan bahwa rakyat harus tetap menjadi pengawas aktif terhadap jalannya pemerintahan hingga 2029. Dalam pandangannya, pemimpin yang lahir dari suara rakyat harus terus diingatkan agar tak kehilangan arah.

“Kalau pemimpin salah, kita harus ingatkan. Jangan sampai kita diam, kita kawal terus sampai 2029,” tegas Iyan Minggu (25/05/2025) di Teluk Pandan.

Ia menyoroti pentingnya kontrol sosial dalam menjaga integritas kekuasaan. Baginya, rakyat tidak boleh berubah menjadi penonton pasif setelah pesta demokrasi usai. Justru di masa pasca-pemilu inilah, partisipasi aktif masyarakat menjadi tiang utama dalam membangun pemerintahan yang sehat.

Dalam pernyataannya, Iyan Koboy mengingatkan peran sejati dari seorang kepala daerah: menjadi pelayan masyarakat. Bukan penguasa, bukan raja kecil, melainkan abdi publik yang hadir untuk mendengar, bekerja, dan melayani.

“Bupati harus jadi pelayan masyarakat Kabupaten Pesawaran,” katanya lantang. Sebuah pernyataan yang sederhana namun sarat makna.

Iyan mengingatkan bahwa jabatan adalah titipan, dan pemimpin sejati adalah mereka yang tidak meninggikan dirinya di atas rakyatnya. Pelayanan publik, menurutnya, harus menjadi prioritas utama dalam lima tahun ke depan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur pedesaan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Meski PSU sempat menimbulkan ketegangan politik, masyarakat Pesawaran membuktikan kedewasaan dalam menyikapi proses demokrasi. Partisipasi tetap tinggi, dan hasilnya telah diterima dengan relatif damai. Namun demikian, harapan rakyat masih menggantung. Mereka menanti bukti, bukan hanya janji. Mereka menuntut perubahan, bukan sekadar formalitas politik.

Iyan Koboy juga mengajak kalangan jurnalis, aktivis, pemuda, dan tokoh masyarakat untuk terus menyuarakan kepentingan rakyat secara kritis namun konstruktif. “Demokrasi hanya hidup jika rakyatnya berani bersuara. Jangan pernah takut mengingatkan kekuasaan, karena itu adalah hak, bukan pelanggaran,” ujarnya.

Lima tahun ke depan adalah perjalanan panjang yang akan menentukan arah pembangunan Kabupaten Pesawaran. Tantangannya tidak ringan: pemulihan ekonomi pasca-pandemi, peningkatan mutu pendidikan, ketahanan pangan, serta penguatan kapasitas pemerintah desa.

Dalam konteks itu, kemenangan Nanda–Anton bukanlah mahkota, tapi cermin. Mereka akan dilihat dan dinilai dari apa yang mereka lakukan, bukan apa yang mereka ucapkan. Maka, pengawasan publik menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses demokrasi yang sehat.

Sebagaimana pesan Iyan, “Jangan biarkan kertas kosong ini diisi asal-asalan. Kita yang memilih, kita juga yang harus mengawal.” tegasnya.

Demokrasi bukan hanya soal memilih, tetapi soal mengawal dan mengingatkan. Proses PSU telah usai, hasil telah keluar, tetapi tugas rakyat belum selesai. Dengan suara, pena, dan aksi nyata, masyarakat Pesawaran kini dihadapkan pada satu pertanyaan besar: apa yang akan mereka tulis di kertas kosong itu?

Dan sebagaimana yang diingatkan oleh Iyan Koboy: suara rakyat bukan sekadar gema lima tahunan, tapi denyut nadi pemerintahan itu sendiri.       (Tim)
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال