Peranan Dunia Islam Dalam Memerdekakan Palestina

Peranan Dunia Islam Dalam Memerdekakan Palestina

 


Oleh Shamsi Ali Al-Kajangi

Kunjungan saya ke Indonesia kali ini sebenarnya untuk urusan pribadi dan keluarga. Hanya saja kepulangan ini tercium oleh beberapa pihak di media sosial. Sehingga harapan teman-teman di beberapa kota untuk disinggahi sangat besar. Akhirnya saya dijadwalkan untuk memberikan kajian di beberapa kota, di antaranya Cianjur, Makassar, Batam, Surabaya, Sidoarjo, Jember dan tentunya Jakarta.


Seperti biasanya, pada umumnya tema yang diminta di berbagai tempat itu adalah perkembangan Dakwah dan Islam di Amerika dan dunia Barat secara umum. Namun karena isu Palestina, khususnya genosida Gaza, masih menjadi isu terhangat kali ini, saya pun banyak diminta memberikan pandangan tentang masalah tersebut. Di beberapa tempat seperti Makassar, Sidoarjo dan Gresik saya diminta memberikan  presentasi tentang kebijakan luar negeri Amerika di Timur Tengah dan peranan dunia Islam dalam upaya memerdekakan Palestina.


Perang membangun persepsi 


Satu hal yang berulang-ulang saya koreksi di pertemuan-pertemuan itu adalah penggunaan kata “konflik” dalam menyikapi isu Palestina-Israel. Hampir di semua tempat itu mereka menggunakan kata konflik. Saya menegaskan bahwa penggunaan kata konflik dalam isu Palestina-Israel merupakan  kelalaian. Kata konflik seolah menjustifikasi jika Palestina dan Israel adalah dua entitas yang seimbang dan saling berhadapan. Padahal sesungguhnya yang terjadi adalah sebuah negara melakukan pencaplokan hak atau perampokan, dan melakukan penjajahan terhadap bangsa lain. Jadi seharusnya yang ditekankan adalah penjajahan dan bukan konflik.


Mungkin isu seleksi kata konflik dan penjajahan itu nampak sepele. Tapi sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam. Bahwa peperangan ini bukan hanya peperangan senjata. Tapi juga peperangan persesi. Dengan permainan kata mereka membangun persepsi bahwa Israel itu adalah sebuah negara yang harus membela diri dari serangan bangsa Palestina. Sehingga seringkali kita dengarkan bahwa Israel itu punya gak “membela diri” (self defense). 


Lebih jauh mereka cenderung menentukan siapa sebagai pejuang dan siapa pemberontak bahkan teroris. Saudara-Saudara kita bangsa Palestina pun, termasuk anak-anak di Gaza dilabeli dengan label-label buruk itu. Sementara Israel yang melakukan pembunuhan massal setiap saat dilabeli sebagai “pahlawan” membela kaum yang merasa superior dan terpilih itu. 


Karenanya diperlukan kejelian dan kehati-hatian dalam menyikapi permasalahan ini. Jangan sampai karena salah memilih kata kita terperangkap dalam permainan  penggiringan opini sesuai yang diinginkan oleh mereka. Termasuk penggunaan kata konflik versus penjajahan, dan serangan tujuh Oktober vs penjajahan yang telah hampir seabad itu.


Kurangi berharap pada Amerika 


Tidak dapat dipungkiri bahwa Amerika memiliki peranan besar dalam kezholiman yang terjadi di bumi Palestina, khususnya di Gaza. Arogansi dan kejahatan Israel menjadi-jadi dari masa ke masa karena dukungan penuh dari negara kuat yang bernama Amerika itu. Berbagai resolusi yang memihak Palestina digagalkan oleh Amerika melalui votingnya sebagai anggota tetap DK-PBB. 


Mungkin yang lebih menggerahkan adalah keterlibatan dan bantuan langsung Amerika dalam pembasmian massal dan genosida yang dilakukan oleh Israel kepada warga Gaza saat ini. Puluhan milyar US$, baik dalam bentuk finansial maupun persenjataan digelunturkan untuk membantu Israel dalam melakukan kejahatan kemanusiaan di Gaza. Hingga saat ini sudah lebih 50,000 yang meninggal. Lebih tujuh puluh persen di antaranya adalah anak-anak dan kaum hawa.


Keterlibatan Amerika mendukung Israel dalam melakukan kejahatan itu tentu diharapkan oleh banyak pihak untuk dihentikan. Banyak pihak yang telah menyerukan itu, termasuk dunia Islam. Namun saya menilai harapan itu adalah harapan yang tidak pada tempatnya bahkan tidak berlebihan jika saya menyebut “embarrassing” (memalukan). 


Kita semua tahu bahwa kebijakan luar negeri sebuah negara merupakan refleksi dari keadaan domestik dari negara tersebut. Dan kita kenal yang menguasasi perpolitikan dalam negeri Amerika masih dikuasai dan dikontrol oleh segelintir orang yang saya biasa sebut “hidden power”. 


Karenanya selama perpolitikan dalam negeri masih dikendalikan oleh segelintir hidden power itu maka selama itu pula kebijakan luar negerinya berat untuk diharapkan berubah. Hal yang tidak mengejutkan, siapapun Presiden Amerika, baik dari Demokrat maupun Republikan akan memiliki kebijakan terhadap Palestina yang tidak bersahabat. Itu fakta.


Umat Islam harus mengambil kendali 


Di sinilah saya meyakini bahwa yang bisa membawa perubahan pada lebijakan luar negeri Amerika, dan dengan sendirinya merubah sikap Amerika terhadap Palestina adalah umat Islam. Umat Islam harus mengambil alih kendali dalam merubah Amerika demi memerdekakan Palestina. Umat Islam harus mampu melakukan langkah-langkah strategi dan nyata agar Amerika bisa merubah arah kebijakannya di Timur Tengah. 


Perananan Komunitas Muslim di Amerika sangat penting. Melalui Dakwah dan pendidikan, juga melalui partisipasi politik maupun melalui kerjasama dengan berbagai segmen masyarakat Komunitas Muslim dapat terus mengusahakan perubahan itu dari dalam. Walaupun hingga saat ini perubahan itu belum terlalu nampak para tataran pengambil kebijakan (Pemerintahan) namun perubahan yang terjadi di masyarakat luas, khususnya di kalangan anak-anak muda dan pelajar khususnya sangat terasa. Berbagai demo terbuka yang terjadi di kampus-kampus Amerika, termasuk Harvard, MIT, Yale, Columbia, dan lain-lain tidak lepas dari ikhtiar yang Komunitas Muslim lakukan di US.


Komunitas Muslim di Amerika sadar bahwa apa yang diikhtiarkan melalui Dakwah dan pendidikan maupun partisipasi publik (politik dan lobbi) tidaklah mudah. Memerlukan waktu panjang dan usaha maksimal yang entah kapan hasilnya akan nampak. Tapi yang pasti ikhtiar itu menjadi sangat menentukan dalam merubah Amerika ke depan. Yang denganny menjadi jalan bagi Amerika menjadi lebih adil dalam kebijakan luar negerinya ke Timur Tengah. 


Peranan dunia Islam 


Namun yang juga tidak kalah pentingnya adalah tanggung jawab dunia Islam dalam upaya meringankan penderitaan dan memerdekakan Saudara-Saudara kita di Palestina. Saya sangat yakin bahwa sikap Amerika terhadap Gaza yang begitu buruk itu, selain karena memang tekanan lobbi Zionist dalam negeri, juga karena Amerika tidak merasakan resistansi dari negara-negara mayoritas Muslim. Meminjam ekpresi agama (hadits): “Allah mencabut rasa rasa takut dari hati-hati musuh terhadap kalian”. Sehingga nampak Amerika tidak pernah merasa khawatir dengan kebijakannya yang secara terbuka mendukung dan membantu Israel dalam genosida ini 


Ada yang mempertanyakan, kira-kira langkah apa yang seharusnya dunia Islam lakukan? Bukankah sudah sering kita dengarkan kutukan-kutukan pejabat negara-negara Islam  di dalam pertemuan-pertemuan terbuka, termasuk di PBB? 


Iya benar. Dunia Islam sangat jago mengutuk. Sejak tujuh puluh tahun lebih dunia Islam tidak kurang-kurang dari keahliannya itu (condemn). Saya masih ingat mantan Menlu Indonesia yang lalu begitu dipuji-puji bahkan MUI memberikan penghargaan karena lantang mengutuk dalam pidato-pidatonya. Tapi rasanya dari masa ke masa kutukan itu seolah menjadi nyanyian kosong yang hambar.


Dunia Islam sangat dahsyat. Selain jumlahnya hang sangat besar, juga memiliki potensi dan kapasitas yang sangat besar. Amerika dengan segala kekuatannya masih banyak tergantung kepada kerjasama dengan dunia Islam, khususnya dalam menghadapi dua kekuatan dunia lainnya, China dan Rusia. Contoh terdekat baru-baru ini adalah tiga negara Islam memberikan investasi yang sangat besar, sekitar tiga Trilyun US$ lebih, kepada Amerika.


Saya berimajinasi sekiranya dunia Islam mampu bersatu dan sepakat untuk sementara menghentikan sementara kerjasama dengan Amerika hingga Amerika menghentikan bantuannya ke Israel. Saya yakin Amerika akan berpikir ulang dalam memberikan  bantuannya kepada Israel. Sejarah pernah membuktikan itu ketika raja Faisal (Saudi Arabia) menghentikan suply minyak ke Amerika. Apalagi jika dunia Islam bersatu padu melakukan itu. 


Intinya adalah bahwa umat Islam, baik mereka yang ada di dalam negeri Amerika maupun negara-negara mayoritas Muslim harus memegang kendali untuk membela dan memerdekakan saudara-saudara kita di Palestina. Masanya umat uni mengurangi harapan kepada bangsa lain, khususnya Amerika, untuk membantu Saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Melalui umat ini sendiri barapan Amerika untuk berubah itu ada. Bukan dengan tunduk bagaikan budak-budak yang tidak punya harga diri. 


Tapi tidak kalah pentingnya pula adalah bangsa Palestina sendiri harus berada di garda terdepan untuk memerdekakan diri. Dan hal yang paling krusial bagi bangsa Palestina lakukan saat ini adalah merajut kebersamaan dan persatuan. Selama berbagai kelompok yang ada dalam tubuh bangsa Palestina saling sikuk dan menganjingkan, rasanya pessimis jika mereka akan mendapatkan hak kemerdekaannya dalam waktu dekat. Hentikan saling memanggil dengan panggilan “abnaa al-kilaab”. Jadilah abnaa as-Sya’ab al-Falestini al-hurrah”. InsyaAllah! 


Tanah Betawi, 27 Mei 2025 

A New York based Indonesian-American

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال