![]() |
| Bapak Pdt. Andreas Awarawi Dalam Perjuangan Pembangunan Gereja Nafiri Sion |
Papua Barat ( KASTV ) - Rencana pembangunan Gereja Nafiri Sion yang pengajuan Proposalnya pada tahun 2020 kini semakin tidak ada kepastian.
Menurut Bapak Pdt. Andreas Awarawi ketidak pastian ini bermula dari awal proposal yang dibuatnya di ganti nama penitia oleh oknum oknum yang tidak bertanggung jawab, saya berharap dengan sungguh sungguh kepada KPK Republik Indonesia untuk segera memeriksa dana bantuan Gereja yang ada di Papua Barat, baik melalui anggaran APBDP, APBD dan APBN baik laporan pemberkasan hardcopy maupun softcopy serta pelaksanaan lapanganya, apakah sesuai atau hanya mengatas namakan nama Tuhan untuk kepentingan pribadi.
"Saya membuat proposal Gereja Nafiri Sion di Kota Sorong bersama ibu Gembala Bulan Oktober tahun 2020 dan membawa proposal ke-Manokwari, setibanya kami di Manokwari untuk pembuatan Rab dan gambar, kami ke rumah pak Rumbrawer dan puji sukur diselesaikan dengan baik yang kemudian pada hari minggu saya bersama ibu gembala beribadah di gereja jemaat kanaan dan kami bertemu dengan Oknum sehingga kami menyerahkan proposal tersebut kepadanya untuk dibantu dalam pengurusannya," cerita bapak Andreas, Jumat (28/10/2022).
"Pada saat kami berikan proposal kepadanya, yang menjadi ketua panitia pembangunan dalam proposal ibu Ida May, dan ia juga meminta agar nama ketua panitia pembangunan yang pertama harus diganti dengan namanya, dengan kata kata yang begitu menyakinkan sehingga kami mengiyakan dan oknum pun membawa proposal lalu merubah semua tampah kordinasi yang baik kepada kami sudah berapa jauh perubahan, pengurusanya dan nomor agendanyapun sampai saat ini belum ada kejelasan, mempertanyakan kejelasan ke oknum, kata oknum tanya-tanya apa, saya juga menyesal kira semua ini akan berjalan dengan baik," jelas Pdt. Andreas mencontohkan keluhan Oknum
"Kami sebenarnya menaruh harapan yang besar kepada Oknum yang juga salah satu staf di Biro Pembangunan Provinsi Papua Barat, agar gereja kami yang sudah rusak dan papan yang lapuk bisa dibangun yang baru," katanya
"Bangkai busuk tidak bisa disembunyikan akhirnya selang beberapa waktu kami mendengar dana gereja kami sudah terjawab tetapi hanya dengan anggaran 150 juta saja dan kemudian dipending, Oknum pun tidak menyampaikan dengan baik dan tidak perna terbuka, akhirnya saya bersama ibu gembala membuat keputusan untuk berangkat ke Manokwari mengecek sendiri dan nomor agenda yang diberikan oknum, hasilnya tidak sesuai dengan pemberitahuanya," kisahnya dengan kesal
Saat kami pertanyakan melalui via telepon kepada xxxx (Tokoh Agama) Ia menyampaikan dana yang cair 150 juta dan saya pending, berbeda dengan pengakuan Oknum yang mengurus proposal, kata dia melalu via telepon hanya 100 juta dengan alibi, eror dan lain sebagainya yang akhirnya dipending juga tampa kordinasi ke saya selaku gembala pada gereja tersebut. melihat tidak ada kejelasan akhirnya kami turun lansung cek ke kantor Provinsi Papua Barat bersama salah satu media nasional berkantor di tanah papua.
Saat dikonfirmasi persoalan proposal ke kantor Gubernur melalui salah satu pegawai Biro Kesra Provinsi Papua Barat lansung diruang kerja Biro Kesra, mereka tidak tau menahu persoalan proposal tersebut.
"Saya yang ada diruangan Biro Kesra dan tau data-data tersebut kalau saya cek memang ada, pasti saya sudah sampaikan, ini saya cek nama gerejanya saja tidak masuk di tong pu daftar yang terjawab dan tidak muncul nama ketua panitianya," ucapnya
"Staff di sini bagian pengurusan proposal binggung dengan penjelasan tentang sistem yang eror massa nama gerejanya muncul tapi uangnya hilang," katanya
"Staf yang mengurus proposal gereja dan merangkap ketua pembangunan sesuai aturan kantor tidak di perbolehkan dan seharusnya menjelaskan dengan baik kepada bapak pendeta, kasihan bapak pendeta sudah datang jauh-jauh dari kota sorong," tutupnya.
Saat kami konfirmasi kembali ke oknum yang mengurus proposal dia tidak memberikan tanggapan.
(Reporter: Andriano Fakdawer)

