.png)
Opini oleh KRMT RoySuryo
Ada yang aneh sekaligus absurd di jagat politik Indonesia minggu ini. Para Relawan Termul ODGJ—julukan satir untuk kelompok pendukung tertentu—baru saja bikin heboh karena mengancam bakal demo dengan hanya memakai bra dan CD. Iya, serius. Demo lingerie. Alasannya? Karena tuntutan mereka tak kunjung digubris.
Sayangnya, ide nyeleneh itu langsung kena hantam pasal-pasal dalam UU Pornografi. Bayangkan, kalau beneran jalan, aksi itu bisa diganjar hukuman penjara sampai 10 tahun plus denda miliaran. Bukannya didengar, bisa-bisa malah jadi konten gosip infotainment dan bahan roasting netizen.
Di sisi lain, suasana Solo tiba-tiba jadi makin panas tapi sekaligus dramatis. Hanya lima kilometer dari lokasi bedah buku Jokowi’s White Paper di Kertopuran, ada cerita lain: Abu Bakar Ba’asyir, ustadz senior yang pernah divonis terorisme, ternyata datang ke istana kecil di Kutai Utara Sumber. Dalam podcast bersama Edy Mulyadi, Ba’asyir mengaku sempat menasehati “Bapaknya Gibran” alias Presiden Jokowi. Katanya, Jokowi harus berani mengaku. Mengaku apa? Ya itu… netizen bisa menafsirkan sendiri.
Roy Suryo yang hadir di bedah buku Solo langsung mengaitkan dua peristiwa ini. Di satu sisi ada kelompok Termul ODGJ yang makin ngawur sampai ngajak demo setengah bugil. Di sisi lain, ada Abu Bakar Ba’asyir yang dengan enteng menasihati Jokowi agar berlapang dada. Kalau ditimbang-timbang, jelas yang lebih masuk akal bukan demo lingerie, melainkan wejangan Ba’asyir.
Roy juga menyindir bahwa masyarakat sudah makin cerdas. Buku Jokowi’s White Paper setebal 700 halaman itu katanya bikin lawan debat frustrasi, sementara ancaman demo bra-CD malah bikin geleng-geleng kepala. Ujungnya? Roy tetap konsisten dengan tagar andalannya: #AdiliJkW dan #MakzulkanFufufafa.
Politik Indonesia emang nggak pernah kehabisan drama. Kadang serius, kadang absurd, sering kali malah kayak nonton reality show.