Sekalilagi Logika Srimulat Ijazah bikin Chaos dan Perlunya semua Proses Akademik, KKN, hingga Skripsi

Sekalilagi Logika Srimulat Ijazah bikin Chaos dan Perlunya semua Proses Akademik, KKN, hingga Skripsi

Opini oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes*)

Tulisan ini bisa saja disebut merupakan kelanjutan dari tulisan dua hari lalu "Lucu, Ada Logika Srimulat kalau Ijazah Asli ditunjukkan Chaos" (16/6/25), karena ternyata mendapatkan atensi dan dukungan dari banyak pihak, terutama masyarakat Indonesia (dan Netizen +62) yang masih waras, bisa mennggunakan akal sehatnya dan bukan seperti ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) yang malah menuduh pihak-pihak yang masih mempersoalkan Ijazah ini (katanya) "sakit jiwa" itu. Tapi mungkin yang dimaksudkannya justru yang berpendapat "Kalau Ijazah ditunjukkan bisa bikin Chaos ?" Bisa jadi.

Disisi lain ada juga contoh Public figure yang selain sangat waras juga menunjukkan cara penyelesaian masalah Ijazah Palsu JkW ini dengan cara yang sangat mudah dan elegan. Beliau adalah Prof Effendi Ghazali, PhD (EG) Pakar Komunikasi lulusan UI Asli yang dikenal juga sebagai Pehobi Sepakbola Nasional yang nyaris tidak absen dalam memberi support sekaligus memberikan saran dan komentar perkembangan olahraga kulit bundar tersebut. Saking aktifnya hampir bisa dipastikan selalu mengikuti kemana saja Skuad Sepekbola Indonesia bertanding, Kang EG selalu berada membersamainya.

Solusi cerdas yang disampaikanya mirip saat beliau mempelopori "Diploma Challenge" (Tantangan untuk berani memposting Ijazah) beberapa waktu lalu di Social media yang kemudian sempat menjadi trending Topic bagi Netizen karena sangat menohok sikap JkW yang tidak mau secara jujur menunjukkannya. Bahkan yang terbaru Kang EG lebih detail mengutarakannya di acara Kabar Petang TVone Selasa 17/06/25 kemarin yang bertajuk "Polemik Ijazah Jokowi, Kedua Kubu Saling Bantah & Saling Klaim" Link YouTube-nya bisa dilihat di youtu.be/LwlMqrIddvs 

Di acara yang dipandu Presenter Winny Wellingtonia tersebut Kang EG bahkan dengan sangat detail menunjukkan Skripsi yang dibuatnya dulu ketika masih menjadi Mahasiswa Jurusan Komunikasi Fisip UI yang lembar Pengujiannya ditandatangani masing-masing di tanggal yang berbeda (sesuai urutan perolehan pengesahannya) oleh Dr Eduard Depari, MA 05/11/90, kemudian oleh Masmimar Mangiang (Alm) 06/11/90 dan KaJur Komunikasi Fisip UI, Dr. Arintowati Hartono Handoyo 12/11/90. Sebuah contoh keterbukaan yang bisa menjadi teladan bagi masyarakat berpikiran terbuka dan (lagi-lagi) waras.

Uniknya di acara tersebut bahkan Kang EG sempat menyanyikan (sekaligus menyindir?) bait pertama sebuah Lagu berjudul "Gaudeamus Igitur", sebuah lagu tradisional berbahasa Latin yang sering dinyanyikan di acara wisuda atau perayaan akademik di banyak kampus di dunia, termasuk di Indonesia. Tentu saja disini adalah Institusi atau Universitas yang ternama atau minimal yang terakreditasi, bukan yang hanya bertempat di Ruko, apalagi sudah ditutup oleh Dikti (yang mungkin lulusannya tidak jelas alias tidak akan tahu lagu yang sangat legend ini)

Lirik Lengkap Lagu "Gaudeamus Igitur" ini adalah "Gaudeamus igitur, juvenes dum sumus. Gaudeamus igitur, juvenes dum sumus. Post jucundam juventutem, post molestam senectutem, Nos habebit humus. Nos habebit humus" kemudian dilanjut "Vita nostra brevis est, brevi finietur. Vita nostra brevis est, brevi finietur. Venit mors velociter, rapit nos atrociter, Nemini parcetur. Nemini parcetur" dan diteruskan "Ubi sunt qui ante nos in mundo fuere? Ubi sunt qui ante nos in mundo fuere?.Vadite ad superos, transite ad inferos, Hos si vis videre. Hos si vis videre" dan diakhiri "Vivant academia, vivant professores!. Vivant academia, vivant professores!. Vivat membrum quodlibet, vivant membra quaelibet, Semper sint in flore. Semper sint in flore"

Terjemahannya adalah "Mari kita bersuka cita, selagi kita masih muda. Mari kita bersuka cita, selagi kita masih muda. Setelah masa muda yang menyenangkan, setelah masa tua yang berat. Kita akan dihuni tanah (mati). Kita akan dihuni tanah" kemudian dilanjut "Hidup kita singkat, sebentar lagi akan berakhir.Hidup kita singkat, sebentar lagi akan berakhir. Maut datang dengan cepat, merenggut kita dengan kejam, Tak ada yang luput. Tak ada yang luput" dan diteruskan "Di mana mereka yang telah hidup sebelum kita? D mana mereka yang telah hidup sebelum kita? Pergilah ke surga, atau turun ke neraka, Jika kau ingin melihat mereka. Jika kau ingin melihat mereka" dan diakhiri "Hidup terus akademia, hidup para profesor!
Hidup terus akademia, hidup para profesor! Hiduplah tiap anggota, hiduplah semua warganya, Semoga selalu berbunga. Semoga selalu berbunga".

Jadi makna lagu khas Kampus ini adalah merayakan kehidupan mahasiswa dan akademik yang disampaikan dengan nada filosofis dan reflektif. Lagu ini mengajak kita menikmati masa muda sebelum datangnya usia tua dan kematian. Sekaligus mengingatkan bahwa hidup ini singkat, dan semua manusia pada akhirnya akan mati dengan menghormati mereka yang telah pergi sebelumnya.Lagu ini juga merayakan dunia akademik: mahasiswa, dosen, dan institusi pendidikan dan lagu ini merupakan simbol peralihan, semangat intelektual, serta penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan kehidupan.

Artinya sangat jelas bahwa Dunia Kampus adalah dunia yang sangat menyenangkan, bahagia, meski banyak tantangan Ujian (UTS / Ujian Tengah Semester, UAS / Ujian Akhir Semester), dilanjutkan dengan KKL (Kuliah Kerja Lapangan), KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan diakhiri Skripsi (bahasa Latin "scribere" artinya Menulis untuk S-1), jika S-2 adalah Tesis (bahasa Yunani "Thesis" artinya Pernyataan / Preposisi) dan jika S-3 adalah Disertasi (bahasa Latin "dissertatio" yang berarti Diskusi / Pembahasan). Sesudah itu ada Yudisium (bahasa Latin "Judicium" artinya Keputusan / Penilaian). Baru berhak Wisuda (bahasa Sanskerta "Wisuda" yang berarti Pembebasan / Penyucian / Pengukuhan). Dan akhirnya mendapat Ijazah (bahasa Arab "Ijazah" yang artinya Izin / Pengesahan / Sertifikat).

Kesimpulannya, semua proses akademik diatas adalah urut, sistematis dan berjenjang harus dilalui, tidak boleh "mak bedunduk"" (ini diksi yang sering dipakai Srimulat, yang berarti sekonyong-konyong atau tiba-tiba saja ada). Tidak boleh seketika ada Ijazah tanpa melalui proses UTS, UAS, KKL, KKN dan Skripsi (S-1), Tesis (S-2), Disertasi (S-3, bahkan ada Ujian Tertutup dan Terbuka), batu Yudisium dan Wisuda. Adalah "hil yang mustahal" (Srimulat lagi) kalau bisa terbit Ijazah Asli tanpa mekanisme diatas. Memang perlu kewarasan untuk bisa mengerti proses ini semua, kecuali Ijazahnya Palsu atau dari UPP (Universitas Pasar Pramuka) ...

 *) - Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen 
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال