Kesederhanaan Hidup Paus Fransiskus dan Kemewahan Hidup Jokowi

Kesederhanaan Hidup Paus Fransiskus dan Kemewahan Hidup Jokowi

Opini oleh: Saiful Huda Ems - Lawyer, Mantan Pengurus ICMI dan PPI Berlin Jerman

Paus Fransiskus, pemimpin Umat Katolik se dunia yang meninggal di tanggal yang sama dengan meninggalnya Mbakyu saya Hj. Nur Azizah Sulhan 21 April 2025 itu, konon hanya meninggalkan selembar uang 100 Dolar US. Kalau dirupiahkan sekitar Rp. 1,7 juta (gak sampai 2 juta Rupiah).

Ketika berkunjung ke Indonesia beberapa bulan yang lalu, Paus Fransiskus juga tidak menggunakan Jet Privat sebagaimana kebiasaan anak-anaknya Jokowi, namun menggunakan pesawat komersial. 

Ketika melintasi jalan-jalan di Jakarta, Paus Fransiskus juga hanya menggunakan mobil Toyota Innova Zenix, bukan mobil-mobil mewah yang biasa dikoleksi oleh orang-orang dekat Jokowi, seperti Raffi Ahmad dll.

Sejak terpilih menjadi Paus di tahun 2013, Paus Fransiskus memilih tinggal di Wisma Tamu Doma Santa Marta, ia memasak sendiri dan menaiki mobil Fiat Panda yang sangat sederhana.

Konsistensinya dalam kesederhanaan dan pembelaannya terhadap kaum papa dan tertindas juga nampak sampai akhir hidupnya. Di tengah puluhan ribu pengunjung yang ingin melihat prosesi pemakamannya, Paus Fransiskus hanya dikubur dengan menggunakan peti kayu yang berlapis seng. 

Jadi pantas saja jika dunia sangat berduka untuknya, karena konsistensinya Paus Fransiskus yang selama hidupnya didedikasikan untuk melayani umat, gemar menolong dan membela kaum tertindas. 

Kehidupan Paus Fransiskus berbeda sangat jauh dengan Jokowi yang gemar hidup mewah-mewahan, pengguna Jurus Aji Mumpung, mumpung ada Undang-Undangnya Jokowi membangun rumah pribadi di atas lahan 12.000 M2, menghabiskan anggaran negara ratusan miliar rupiah, disaat rakyatnya banyak yang mati bunuh diri karena terbelit persoalan ekonomi.  

Jika Paus Fransiskus semasa hidupnya dikenang sebagai pemimpin Umat Katolik yang sangat sederhana semasa hidupnya, Jokowi akan dikenang sebagai mantan Presiden Indonesia yang banyak membual dan memperkaya dirinya sendiri dan anak-anaknya. 

Apabila Paus Fransiskus dikenang sebagai pembela kaum tertindas, Jokowi nantinya malah akan dikenang sebagai mantan presiden yang gemar mengkriminalisasi orang-orang kritis yang membela kaum tertindas.

Selamat jalan Paus Fransiskus, meskipun saya alumnus Pondok Pesantren, saya tidak akan pernah mengingkari keluhuran budi pekertimu, dan mengikuti jejak perjuangan hidupmu yang selalu konsisten membela kaum tertindas. 

Sebagaimana Rasulullah Nabi Muhammad SAW, khatamul anbiya' wal mursalin, yang selama hidupnya dipergunakan untuk menebarkan kebaikan, menyintai anak-anak yatim dan kaum fakir miskin, memerangi kezhaliman, serta tiada lelah memperbaiki akhlak ummat untuk membawanya ke jalan hidup yang terang benderang.

Menjelang tarikan nafas terakhir hidupnyapun yang disebut-sebut oleh Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah SAW bukan keluarganya, melainkan ummatnya, sebagai tanda kecintaannya pada ummatnya, serta sebagai pengingat bagi ummatnya agar pandai-pandai menjaga diri, hingga ummatnya nantinya terhindar dari siksa neraka. 

Muhammad Rasulullah SAW menjelang tarikan nafas terakhir hidupnya itu menyebut ummati... ummati...ummati...(ummatku...ummatku...ummatku...), bukan anakku-anakku...anakku Gibran...anakku Kaesang, mantuku Bobby dll.

Saya sama sekali tidak mengerti mengapa Pak Presiden Prabowo Subianto harus mengutus Jokowi dan Natalius Pigai untuk memberikan penghormatan sebagai perwakilan Indonesia, pada kematian Paus Fransiskus di Vatikan. Kalau untuk Pak Ignasius Jonan sih sudah tepat, karena integritasnya tak diragukan lagi. 

Namun ketika melihat video dan banyaknya pemberitaan, Jokowi selama di Vatikan tidak disalami oleh pemimpin-pemimpin negara dan bahkan dicuekin oleh seorang manajer hotel tempat tinggalnya, saya baru mulai bertanya-tanya dalam hati;

"Apa ini yang dimaksudkan oleh Pak Presiden Prabowo, beliau seolah ingin menyuruh Jokowi merenung disana (Vatikan) agar pulang kembali ke tanah air dan menyerahkan sebagaian harta kekayaannya, yang didapat dari mengurus Solo, Jakarta dan Indonesia namun hasilnya malah membuat ekonomi Indonesia porak poranda". Wallahu a'lam bisshawab...(SHE).

28 April 2025.

Saiful Huda Ems (SHE) -  serta Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang (1985-1991).
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال