Nestapa "Mak Kiel" di Labuhan Deli, Bertaruh Nyawa di Bawah Atap yang Nyaris Roboh

Nestapa "Mak Kiel" di Labuhan Deli, Bertaruh Nyawa di Bawah Atap yang Nyaris Roboh

DELI SERDANG || KASTV -Potret kemiskinan ekstrem masih menjadi luka menganga di Sumatera Utara. Di tengah hiruk-pikuk pembangunan, seorang janda dengan dua anak, Betharia Sonata Br Hutagaol (Mak Kiel), harus menelan pil pahit kehidupan. Ia terpaksa bertahan di sebuah gubuk yang lebih layak disebut reruntuhan di kawasan Pasar V, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang.

​Sembilan tahun sudah sejak sang suami berinisial M berpulang akibat kecelakaan tragis, Betharia memikul beban sebagai kepala keluarga tunggal. Namun, kemalangan tidak berhenti di situ. Hunian yang ia tempati kini berada dalam kondisi kritis, roboh, rapuh, dan mengancam keselamatan.

​Bangunan semi permanen tersebut kini tak lagi memiliki fungsi perlindungan. Dinding tepas yang sudah membusuk tampak bolong di sana-sini, hanya ditutupi kain lusuh demi menghalau angin malam. Atap seng yang berkarat tak lagi mampu menahan amukan hujan, sementara kamar mandi hanya dibatasi terpal plastik di tengah semak belukar yang rimbun.

​"Kalau hujan deras, kami tidak bisa tidur tenang. Air masuk semua, dan saya takut bangunan ini tiba-tiba ambruk menimpa anak-anak yang sedang tidur," ujar Betharia dengan mata berkaca-kaca saat ditemui pada Minggu (28/12/2025).

​Meski secara administratif tercatat sebagai warga Jl. Flamboyan Raya, Desa Tanjung Sari, Medan Selayang, kenyataannya Betharia telah lama menetap di Deli Serdang untuk menyambung hidup. Perbedaan domisili administratif ini seringkali menjadi kendala klasik yang membuatnya sulit tersentuh bantuan sosial.

​"Kami sangat berharap perhatian dari pemerintah, baik itu pihak desa maupun kabupaten/kota. Sebagai janda, beban untuk memperbaiki rumah ini sangat berat sementara kebutuhan sekolah anak-anak dan makan sehari-hari saja sudah sangat mendesak," ungkap Betharia dengan nada lirih.

​Kondisi Mak Kiel memicu keprihatinan dari warga sekitar. Mereka menilai kehadiran negara sangat dibutuhkan dalam situasi darurat kemanusiaan seperti ini.

​"Kami sebagai tetangga merasa miris. Ini bukan sekadar rumah tidak layak, ini sudah hampir rubuh. Kami sangat berharap Dinas Sosial atau pihak terkait segera meninjau lokasi. Jangan tunggu sampai ada korban jiwa baru bertindak," tegas salah seorang warga setempat.

​Kini, Betharia dan kedua anaknya hanya bisa berserah diri, menunggu tangan-tangan dermawan dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada rakyat kecil, agar mereka tak lagi harus bertaruh nyawa di bawah atap yang kian hari kian merunduk ke tanah.(M. Muhajir)


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال