Dahsyatnya Kata “Islam” di Mata Mereka

Dahsyatnya Kata “Islam” di Mata Mereka

 


Oleh Shamsi Ali Al-Kajangi

Ada satu hal yang sangat menakjubkan ketika kata “Islam”dan semua yang terkait dengannya, termasuk pemeluknya (Muslim) ketika hadir di tengah publik Amerika dan dunia secara umum. Baik dalam wajah positif, apalagi dalam wajah yang memang negatif. Kata ini (Islam) menjadi sebuah kekuatan yang menggoncang bahkan menakutkan sebagian orang, termasuk mereka yang berada pada posisi yang kuat, baik secara politik dan ekonomi.


Terpilihnya Zohran Mamdani yang terbuka mendeklarasikan diri sebagai “Muslim candidate” pertama sebagai calon Partai Demokrat untuk maju di pemilihan walikota New York di bulan Nopember ini telah menggoncang perpolitikan New York bahkan Amerika. Banyak yang ketakutan, marah, dan menggeliat kesakitan bagaikan cacin terperangkap di gurung padang pasir di musim panas. 


Tidak tanggung-tanggung, dari Presiden negara adi daya ini, sebagian Senator dan Anggota Kongres, hingga ke anggota kabinet negara, dan pejabat lainnya. Bahkan para pebisnis dan Oligarki, pemilik media hingga aktifis-aktifis yang memang wajahnya dikenal luas di Amerika. Fox News bahkan secara khusus berkali-kali menyiarkan agar Zohran jangan diekspos karena hanya akan semakin menjadikannya populer dan disukai oleh masyarakat luas.


Pejabat tertinggi negara ini menyebutnya sebagai Komunis yang berbahaya. Menurutnya lagi terpilihnya Zohran Mamdani is “sad” (menyedihkan). Saya tidak terlalu terkejut ketika Donald Trump menyampaikan statemen demikian. Dia memang dikenal anti Islam yang berusaha melarang orang Islam masuk Amerika dengan kebijakan “Muslim Ban”. Saya juga tidak terkejut ketika seruan untuk “merevoke” (membatalkan) kewarga negaraan Zohran, atau seruan mendeportasi Zohran, datang dari loyalis Trump. Tabiat dan darah daging mereka memang demikiian. 


Yang mengejutkan saya adalah ketika statemen yang highly insensitive bahkan rasis dan Islamophobic itu datang dari pembesar Demorat seperti Kristin Gillibrand, seorang Senator dan petinggi Partai Denokrat dari New York. Bahkan saya terganggu dengan posisi sebagian besar petinggi Demokrat yang masih nampak ragu-ragu memberikan dukungan (endorsement) kepada Zohran. Ketua oposisi di Kongress, Hakim Jeffries, misalnya mengatakan belum memberikan dukungan karena “tidak kenal baik” dengan Zohran. Benarkah seseorang yang dipilih oleh jutaan orang di New York dan menjadi trending topik di media tidak dikenal? 


Pengkhianatan kepada nilai-nilai Amerika dan Konstitusi 

Terpilihnya Zohran Mamdani sebagai calon Walikota dari Partai Demokrat memang mengejutkan, bahkan menggerahkan (upsetting) sebagian orang, termasuk pembesar demokrat sendiri. Mereka tidak pernah bermimpi jika “zona nyaman politik” mereka akan tergoyahkan oleh seorang anak muda, pendatang baru dalam perpolitikan New York dan imigran dari Afrika. Namanya kedengaran asing menjadikan Andrew Cuomo selalu salah dalam penyebutan. Semua ini menjadikan mereka shock, marah dan merasa terhinakan.


Tapi dari sekian banyak yang dinilai tidak sesuai dengan zona nyaman mereka itu, ada dua hal yang paling mengganggu dan tidak menyenangkan bagi mereka. Mereka pun harus melabel Zohran dengan berbagai label yang tidak factual, bahkan dengan pemutar balikan fakta dan kebohongan yang memalukan. 


Secara umum kemenangan Zohran dalam pemilihan calon walikota dari Partai Demokrat menjadi pemicu menaiknya Islamophobia dan sentimen anti Islam dan Muslim di Amerika. Beberapa bahkan sempat menyamakan kemenangan itu dengan peristiwa Nine Eleven, yang memicu deras Islamophobia dan sentimen anti Islam/Muslim. 


Faktor pertama kemarahan, kegundahan dan kegelisahan mereka, termasuk sebagian pembesar Partai demokrat, adalah karena agama yang dianut oleh Zohran Mamdani (Islam). Zohran memang tidak pernah ragu dan takut untuk mendeklarasikan diri sebagai kandidat pertama calon Waikota New York yang beragama Islam dalam sejarah Kota ini. 


Kenyataan ini sekaligus menunjukkan bahwa Islam ketika ditampilkan di publik, baik dengan wajah buruk seperti peristiwa 9/11 di tahun 2001 akan menakutkan banyak pihak. Atau ketika ada seseorang yang mengaku Muslim dan menyerang anggota NYPD di acara tahun baru di Time Square beberapa waktu lalu, betapa banyak yang ketakutan dengan agama ini. 


Sebaliknya, Islam tampil dengan wajah cantik melalui representasi seorang Zohran Mamdani, ternyata juga masih menjadi momok yang menakutkan. Zohran tidak saja memenangkan pertarungan pencalonan Demokrat di Kota New York. Tapi juga mampu membangun imej positif perpolitikan yang penuh harapan di mata masyarakat, khususnya warga muda dan millennial.


Faktor kedua yang menjadikan  sebagian warga dan pejabat Amerika gerah dan ketakutan kepada Zohran Mamdani adalah karena kejujuran dan konsistensi yang dia miliki dalam merepresentasi wajah Amerika, yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang termaktub tegas dalam Konstitusinya. Pembelaan Zohran kepada mereka yang hak-haknya dirampas, termasuk bangsa Palestina, karena memang itulah sejatinya sikap seorang manusia punya nurani dan seorang yang mengaku orang Amerika. 


Jika ada orang yang mengaku orang Amerika, apalagi pejabat di negara ini, tapi menolak mendukung kemanusiaan dan HAM semua orang, termasuk bangsa Palestina, maka itu adalah pengkhianatan kepada nilai-nilai Amerika dan Konstitusi. 


Atau jangan-jangan Zohran memang dihadirkan Tuhan untuk membuka mata mereka kembali? Wallahu a’lam! 


NYC Subway, 30 Juni 2025 

Imam dan Aktifis Interfaith di Kota New York

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال